makalah sosiologi ekonomi


KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih lagi pada kehidupan di akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat. Terima kasih sebelum dan sesudahnya penulis ucapkan kepada dosen yang telah banyak membimbing dan orang tua yang telah memberikan motivasi dan segala dukungannya serta teman-teman yang telah membantu, baik dukungan moril maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang diharapkan.
            Penulis menyadari sekali dalam penyusunannya, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangannya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman, yang kadangkala hanya menuruti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan penulis jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah penulis di lain waktu. Harapan terbesar dari penyusunan makalah ini ialah, semoga apa yang penulis susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin membaca dan menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Tangerang, 2011
                                                                                                           
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang Masalah
Letak Geografis Indonesia menempatkan Negara tersebut menjadi daerah rawan bencana, seperti bencana tsunami, angin topan beliung, gempa vulkanik maupun tektonik, gunung meletus, banjir bandang dan sebagainya. Secara realitas, dari beberapa bencana yang berpotensi terjadi, Indonesia telah mengalami hampir semua bencana seperti, Tsunami yang memporak-porandakan NAD, gempa di pulau Sumatera dan pulau Jawa, banjir langganan DKI Jakarta dan banjir bandang yang menimpa Wasior.
Bencana berarti suatu kejadian yang menimbulkan kerusakan, penderitaan, kerugian bahkan kematian pada manusia ataupun lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas alam maupun manusia. Dari penyebabnya, bencana dapat dibagi 2: bencana alam dan bencana manusia.
Dampak dari bencana sangat tergantung pada:
1. Sumber/jenis bencana : mulai dari banjir, gempa bumi hingga tumbukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban manusia.
2. Kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana: manajemen dan deteksi dini bencana seperti pengungsian.
3. Tempat /lokasi : Aktivitas alam tidak akan menjadi bencana di daerah tidak berpenghuni, misalnya gempa bumi di pulau tidak berpenduduk.
4. Daya tahan manusia dan lingkungan : seberapa kuat manusia dan lingkungan menghadapi bencana (teori evolusi)
Setiap bencana baik alam maupun karena human error, meninggalkan duka, trauma, kesan, dan sejarah yang tak terlupakan, baik oleh korban dan keluarganya maupun penduduk dunia.
2.    Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini di antaranya yaitu:
-       Mengetahui dampak ekonomi dan social dari sebuah bencana, khususnya banjir di Wasior.
-       Mendapatkan beberapa data dan fakta mengenai banjir di Wasior.
-       Mengetahui kausalitas dari sebuah bencana secara umum.
-       Dapat menganalisis sebuah peristiwa/tragedy secara empiris, berdasarkan realitas yang bersumber dari media massa.












BAB II
PEMBAHASAN
1.    Pengertian Ekonomi
Seperti kita ketahui bahwa dalam kehidupan, manusia tidak lepas dari istilah ekonomi, baik secara sadar atau tidak sadar. Dalam rutinitas kita kata ekonomi identik dengan uang, pengaturan keuangan, biaya hidup dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengeluaran dan pemasukan seseorang.
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Istilah ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu οἶκος (oikos) yang berarti "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum”. Jadi secara garis besar ekonomi dapat diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.
M. Manulang mengungkapkan ekonomi sebagai sebuah usaha manusia dalam mencapai kemakmuran hidup, dalam hal ini yang dimaksud kemakmuran hidup adalah dalam memenuhi kebutuhan hidup baik barang atau jasa.
Dengan semakin pentingnya peranan ekonomi dalam kehidupan, mulailah banyak ahli yang tertarik untuk memecahkan persoalan ekonomi, karena filsafat tidak lagi sanggup memecahkan seluruh masalah yang berkembang di masyarakat.
Dalam perkembangannya, kita mengenal seorang tokoh sekaligus sebagai Bapak Ekonomi yaitu Adam Smith (1723 - 1790). Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nation, bisaa disingkat The Wealth of Nation, yang diterbitkan pada tahun 1776. Secara sistematis untuk pertama kalinya Adam Smith menguraikan kehidupan ekonomi secara keseluruhan serta menunjukkan bagaimana semua itu berhubungan satu sama lain. Sejak itu jumlah pemikir ekonomi bertambah banyak, dan akhirnya ilmu ekonomi mengalami perkembangan yang pesat sebagai suatu cabang ilmu yang berdiri sendiri.

1.1.        Tindakan Ekonomi
Tindakan ekonomi adalah setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling baik dan paling menguntungkan. misalnya: dalam hal ini kebijakan pemerintah yang dirasa cukup efektif dan efisien harus dilakukan, sehingga dana yang dikeluarkan dapat diminimalisir dengan hasil yang maksimal. Tindakan ekonomi terdiri atas dua aspek, yaitu :
  • Tindakan ekonomi Rasional, setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling menguntungkan dan kenyataannya demikian.
  • Tindakan ekonomi Irrasional, setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling menguntungkan namun kenyataannya tidak demikian.

1.2.        Motif Ekonomi

Motif ekonomi adalah alasan ataupun tujuan seseorang sehingga orang itu melakukan tindakan ekonomi. Motif ekonomi terbagi dalam dua aspek:
  • Motif Intrinsik, disebut sebagai suatu keinginan untuk melakukan tindakan ekonomi atas kemauan sendiri.
  • Motif ekstrinsik, disebut sebagai suatu keinginan untuk melakukan tindakan ekonomi atas dorongan orang lain.
Pada prakteknya terdapat beberapa macam motif ekonomi:
v  Motif memenuhi kebutuhan
v  Motif memperoleh keuntungan
v  Motif memperoleh penghargaan
v  Motif memperoleh kekuasaan
v  Motif sosial / menolong sesama.
1.3.        Prinsip Ekonomi
Prinsip ekonomi merupakan pedoman untuk melakukan tindakan ekonomi yang didalamnya terkandung asas dengan pengorbanan tertentu diperoleh hasil yang maksimal. Pemerintah dalam menerapkan prinsip ekonomi, menerapkan kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam menentukan tindakan ekonomi terhadap bencana.
2.    Definisi Sosial
Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam perkembangannya sosial sering diartikan sebagai kumpulan manusia atau yang sering disebut sebagai masyarakat. Sehingga kata sosial dapat pula diartikan sebagai kumpulan orang-orang dari berbagai etnis yang memiliki pandangan dan tujuan yang relative sama.
Di kehidupan kita sebagai anggota masyarakat istilah sosial sering dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat, seperti kehidupan kaum miskin di kota, kehidupan kaum berada, kehidupan nelayan dan seterusnya. Dan juga sering diartikan sebagai suatu sifat yang mengarah pada rasa empati terhadap kehidupan manusia sehingga memunculkan sifat tolong menolong, membantu dari yang kuat terhadap yang lemah, mengalah terhadap orang lain, sehingga sering dikataka sebagai mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Pada dunia pendidikanpun istilah sosial dipakai untuk menyebut salah satu jurusan yang harus dipilih ketika memasuki jenjang sekolah menengah atas atau pilihan ketika memasuki perguruan tinggi, dan jurusan tersebut adalah jurusan yang berkaitan dengan segala aktivitas yang berkenaan dengan tindakan hubungan antar manusia.
Dilihat dari sasaran atau tujuan dari istilah tersebut yang berkaitan dengan kemanusiaan, maka dapat diasumsikan bahwa semua pernyataan tersebut pada dasarnya mengarah pada bentuk atau sifatnya yang humanis atau kemanusiaan dalam artian kelompok, mengarah pada hubungan antar manusia sebagai anggota masyarakat atau kemasyarakatan. Sehingga dapat dimaksudkan bahwa sosial merupakan rangkaian norma, moral, nilai dan aturan yang bersumber dari kebudayaan
suatu masyarakat atau komuniti yang digunakan sebagai acuan dalam berhubungan antar manusia.
Sosial disini menurut Bambangn Rudito adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komuniti, sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat. Sehingga dengan demikian, sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang terikat pada satu kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang individu berarti terdapat hak dan kewajiban dari masing-masing individu yang saling berfungsi satu dengan lainnya.
3.    Dampak Ekonomi Bencana Banjir di Wasior
3.1.        Dampak Ekonomi yang Sistemik
Sebagian orang mungkin akan setuju bahwa ketika bencana besar melanda, maka seluruh kegiatan yang ada di daerah yang terkena bencana akan terhambat atau bahkan terhenti dan berpengaruh sistemik (mempengaruhi seluruh aspek kehidupan) dalam masyarakat tersebut, baik secara ekonomi, sosial, budaya, psikis, politik dan lainnya.
Bencana alam yang terjadi di bumi ini merupakan sebuah tragedy yang tak dapat dielakkan oleh kita sebagai manusia,. dapat diperkirakan bahwa ada 2(dua) hal yang terkait yaitu bahwa hal tersebut merupakan takdir dari Tuhan sebagai teguran kepada kita manusia, di samping itu juga ada sebagian yang beranggapan bahwa itu adalah semata-mata merupakan human error atau kesalahan manusia seperti adanya illegal logging, berdasarkan data yang didapat dari Kompas salah satu media massa.
 Dari segi ekonomi, bencana yang terjadi di daerah Wasior, cukup mempengaruhi bukan saja kegiatan ekonomi dalam lingkup daerah bencana saja (Wasior), tetapi juga berpengaruh pada perekonomian yang lebih kompleks lagi yaitu Negara.
Seperti yang telah dikatakan bahwa bencana alam yang terjadi di Wasior merupakan salah satu bencana besar yang berdampak sistemik, bukan hanya karena telah menimbulkan korban jiwa sebanyak 140 orang hingga jumat 8 Oktober 2010, 116 orang masih dinyatakan hilang, 87 orang terluka parah serta 34 orang lainnya luka ringan, tetapi juga telah berhasil menghentikan kegiatan ekonomi yang bersifat krusial bagi pertumbuhan ekonomi Papua Barat khususnya dan Negara umumnya. Hal ini dikarenakan Negara butuh dana yang tidak sedikit untuk melakukan relokasi dan santunan lainnya, terlebih lagi kegiatan ekonomi yang terhenti, menghambat pemasukan kas Negara umumnya kas daerah. Memang dana yang “tak terduga” untuk hal semacam ini masuk dalam manajemen Negara, tapi kerugian yang adapun tidak sedikit dan masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam segi persediaan dana maupun alat-alat yang dibutuhkan dalam proses relokasi, sehingga pemerintah secara tidak langsung dituntut untuk dapat memenuhi kekurangan yang ada.
3.2.        Struktur Perekonomian
Struktur perekonomian suatu daerah sangat dipengaruhi oleh besarnya sumbangan atau peranan masing-masing sektor ekonomi dalam membentuk nilai tambah. Umumnya perekonomian provinsi-provinsi di Indonesia didominasi oleh sektor pertanian, hal ini ditunjukkan dengan pola perekonomian yang masih bercorak agraris. Namun tidak demikian dengan perekonomian Papua yang kaya akan sumber daya alam berupa tambang migas dan non migas.
Hasil dari kegiatan ekonomi di sektor pertambangan tersebut mampu memberikan sumbangan nilai tambah yang cukup besar bagi perekonomian Papua. Sektor pertambangan konsentrat tembaga memberikan sumbangan yang sangat dominan terhadap perkembangan perekonomian Papua. Sehingga pertumbuhan maupun kontraksi (pertumbuhan negatif)  pada sektor konsentrat tembaga ini akan sangat berpengaruh terhadap arah pertumbuhan perekonomian Papua. Karena itu sector pertambangan menjadi terhambat karena adanya bencana tersebut.
Wasior merupakan daerah setingkat kecamatan, yang secara geografis merupakan daerah yang sarat akan Sumber Daya Alam, seperti hutan dan daerah tambang lainnya. Tak terbantahkan, maraknya Illegal logging (pembalakan hutan secara ilegal) menjadi penyebab utama bencana di Wasior. Menurut data Kompas, hutan rusak akibat pertambangan dan pembalakan, tambahan lagi, hampir 11,54 juta hektar wilayah Papua Barat, nyaris habis terbagi untuk pertambangan gas di darat dan di laut. Tumpang tindih proyek penambangan mineral dan gas bumi begitu nyata kini. Akibatnya, hutan primer dan sekunder tinggal sekitar 6,6 juta hektar (Kompas 8/10). Sisanya, wilayah tersebut sudah dibagi-bagi untuk daerah pertambangan mineral dan gas alam
3.3.        Fakta-Fakta Bencana
Banjir bandang yang menimpa Wasior adalah bencana ekologis yang diakibatkan kesalahan manajemen pengelolaan hutan di daerah itu. Aktivitas perusahaan pemegang hak penguasaan hutan (HPH), pertambangan, dan pembalakan liar telah menyebabkan terjadinya bencana banjir bandang tersebut.
Jika fakta ini tidak disikapi secara serius, bukan mustahil cerita yang sama akan berlanjut, bahkan bisa lebih parah. Lebih parah dalam arti, bencananya lebih dahsyat, menelan korban lebih banyak, dan kerusakan yang diakibatkan lebih parah. Tentu kita tidak menghendaki hal itu.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, jumlah korban tewas akibat banjir bandang di Wasior, Papua Barat, mencapai 140 orang. Hingga Jumat (8/10), sebanyak 116 orang masih dinyatakan hilang, 87 orang terluka parah, dan 34 lainnya mengalami luka ringan dan menenggelamkan ribuan rumah (www.metrotvnews.com)
Sementara pakar lingkungan yakin penggundulan hutan sebagai penyebab utama terjadinya bencana tersebut.  Izin dua Hak Pengelolaan Hutan (HPH) di hilir ditengarai ikut memicu percepatan banjir bandang.  Bencana Wasior adalah salah satu kasus bagaimana kontrol di lapangan tidak berjalan. Sejumlah praktik penebangan hutan yang tidak terkontrol, baik yang legal maupun yang ilegal.
Walhi mencatat memang benar tidak ada HPH yang beroperasi secara resmi di atas hutan Wasior dan hutan alam Gunung Wondipo, tetapi tidak berarti bahwa bencana Wasior bukan oleh kerusakan hutan. Kondisi geologis hutan Wasior dan Gunung Wondipo sangat sensitif, karena memiliki kelerengan dari sedang hingga curam sekali, sehingga kerusakan hutan sedikit saja berakibat sangat fatal dan itulah yang menyebabkan bencana banjir.
Ada dua HPH di Wasior, yakni PT Darma Mukti Persada, PT Wapoga Mutiara Timber keduanya berada di bawah hutan Wasior, bahkan PT Darma Mukti Persada sudah tidak beroperasi lagi. Namun, tidak berarti kontribusi atas kerusakan hutan dari kedua HPH itu tidak ada.
Sudah rahasia umum, HPH itu bisaanya melakukan operasi di luar lahan konsesinya. Artinya bisa saja lokasinya di bawah hutan, tetapi secara ilegal melakukan aktivitas penebangan di atas hutan Wasior. Apalagi, pemberian izin penebangan oleh dinas kehutanan setempat sangat mudah, belum lagi oleh warga sendiri yang melakukan penebangan liar. Bencana Wasior menjadi bukti simbol kejahatan pembalakan hutan digadaikan dengan keberlangsungan hidup alam.
3.4.        Relokasi Pemukiman.
Berdasarkan teori yang ada dalam buku-buku ekonomi, pemerintah dalam hal ini melakukan beberapa bahasan-bahasan seperti berikut :
3.4.1.   Tindakan
Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut merupakan gabungan dari dua aspek, hal ini dikarenakan bahwa usaha yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap para korban dirasa sudah cukup bila realisasi pembangunan rumah permanen bagi para korban masih dalam proses, dengan harapan para korban dapat lebih bersabar dan dapat tinggal di tempat sementara yang lebih layak huni.
3.4.2.    Motif Ekonomi
Bila dilihat dari segi motif ekonominya, tindakan pemerintah dalam merelokasi daerah bencana cenderung pada motif ekstrinsik dengan motif praktik untuk sosial/menolong warga negaranya. Hal ini disebabkan bahwa pemerintah melakukan tindakan ekonomi atas dorongan atau pengaruh orang lain, dalam hal ini pengaruh tersebut berupa penderitaan atau musibah yang dialami oleh warganya dan Negara berkewajiban untuk melindungi setiap warga negaranya yang terkena musibah bencana.
3.4.3.   Prinsip Ekonomi.
Dalam hal prinsip berekonomi pemerintah mengaplikasikannya dalam bentuk kebijakan untuk bekerja sama dengan pihak swasta dalam perbaikan sarana dan prasarana. Biasanya kebijakan tersebut dalam bentuk lelang proyek pembangunan dan akhirnya pihak swasta yang memenangkan lelang tersebut (biasanya sering disebut menang tender), sehingga biaya yang dikeluarkan lebih minimalis dengan harapan hasil yang maksimal.
Kita dengan jelas melihat dampak  bencana alam bukan hanya sekadar kerugian materi, melainkan juga terhentinya kegiatan perekonomian yang pada akhirnya menyeret banyak orang ke dalam kemiskinan. Ini tentunyya tidak bisa dibiarkan. Sistem penanganan bencana memang sudah berjalan namun lebih pada penanganan pasca bencana, ketika bencana usai, situasi kembali normal, maka sistem penanganan bencana seperti terlupakan.
Bencana banjir bandang di Wasior bukan yang pertama kali terjadi. Hal yang sama, menurut cerita warga setempat pernah terjadi pada tahun 1955. Mensos kemudian membantah, bencana banjir bandang yang terjadi disebabkan oleh pembalakan liar.
Untuk kedepannya proses relokasi tersebut nantinya akan diperkuat dengan peraturan daerah agar tidak menyalahi tata ruang.  "Saat ini pemerintah sudah mencari tempat yang paling baik untuk relokasi bagi warga yang menjadi korban banjir Wasior," katanya.
Kemungkinan besar proses relokasi akan diarahkan ke wilayah selatan yakni Rasiei. Namun demikian, pemerintah akan terus mengkaji wacana relokasi tersebut. Pemerintah harus menjamin proses relokasi tersebut dengan baik, karenanya harus dikaji dengan baik dan matang.
Pemerintah akan membangun rumah huni sementara bagi korban banjir bandang di Wasior, kabupaten teluk Wondama, Papua Barat. Dengan demikian, para korban bisa mendapatkan tempat bernaung layak sambil menunggu pembangunan rumah permanen. Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menyampaikan hal itu saat ditemui seusai meresmikan Pusat Studi Transportasi Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Pabelan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (16/10).
Menurutnya, rumah huni sementara bagi korban banjir bandang di Wasior itu nantinya akan dibuat dalam bentuk barak. Rumah itu juga dilengkapi fasilitas pendukung, terutama sarana mandi cuci kakus (MCK). Setiap barak direncanakan bisa menampung hingga 60 keluarga. Dananya berasal dari anggaran Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Mengenai kerugian yang timbul akibat kerusakan infrastruktur akibat bencana tersebut jumlahnya tidak terlalu besar. Sebab, Wasior merupakan daerah kecil setingkat kecamatan. Kendati demikian, berbagai infrastruktur yang rusak tersebut harus secepatnya diperbaiki agar aktivitas masyarakat bisa segera pulih.

4.    Dampak Sosial
4.1.        Tindakan Sosial
Tindakan sosial merupakan suatu perilaku, praktik atau usaha manusia yang terimplementasi dari motif, prinsip, tujuan dan budaya pola pikir yang dipengaruhi oleh lingkungan dan mindset seseorang atau kelompok orang sehingga menimbulkan sebab, efek, dampak dan perubahan baik langsung maupun tidak langsung di luar dan di dalam nilai-nilai yang ada dalam suatu sistem.
4.2.        Perubahan Sistem Sosial
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebisaaan.
Dalam hal ini terjadinya bencana alam banjir bandang di Wasior menyebabkan adanya proses perubahan sosial. Hal ini berkaitan dengan adanya dampak negatif dalam segi ekonomi. Ketika seseorang mengalami bencana atau musibah, maka secara langsung orang tersebut telah mengalami perubahan ekonomi yang akan berdampak terhadap kondisi sosialnya. Seseorang yang tiba-tiba harus mengalami kerugian financial maka secara otomatis akan terjadi perubahan/perpindahan sosial atau dengan kata lain terjadinya mobilitas sosial secara negative yaitu mobilitas ke bawah

4.3.        Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial

4.3.1.   Perubahan kondisi sosial
Bencana alam yang terjadi pastilah menyebabkan seseorang mengalami kerugian secara materi yang tidak sedikit. Oleh karena itu seseorang dapat menjadi berkurang kemampuan finansialnya atau mengalami “kebangkrutan”, sehingga kondisi sosial yang pada awalnya berada dalam tingkat atas, kini mengalami penurunan, karena perubahan tersebut.
4.3.2.   Ekspansi teritorial dan gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan ciri fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk. Seperti diketahui bahwa menurut kabar bahwa terdapat daerah di Wasior yang sudah tidak layak huni, maka sebagian penduduk melakukan ekspansi ke daerah lainnya, meski tidak sedikit yang melakukan hal tersebut berdasarkan kondisi psikis mereka (trauma).
4.3.3.   Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
4.3.4.   Tingkat Fertilitas (Kelahiran) yang Berbeda
Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak lain, masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi tingkat reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu, orang-orang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah mempunyai kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam situasi itu, mobilitas sosial dapat terjad dengan peluang yang cukup di daerah Wasior yang notabene Papua merupakan daerah yang minim dalam hal penyebaran pendidikan.
4.3.5.   Kemudahan dalam akses pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.

4.4.        Saluran-saluran mobilitas sosial

4.4.1.   Angkatan bersenjata
Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang berjasa pada negara karena menyelamatkan negara dari pemberontakan, ia akan mendapatkan penghargaan dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan pangkat/kedudukan yang lebih tinggi, walaupun berasal dari golongan masyarakat rendah. Dalam kasus ini para tentara yang turut membantu merelokasi daerah bencana di Wasior akan mendapat nilai plus untuk promosi atau penghargaan tersendiri karena mereka yang terlibat telah melakukan kegiatan kemanusiaan demi negaranya.
4.4.2.   Lembaga Keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial seseorang, misalnya yang berjasa dalam perkembangan Agama seperti ustad, pendeta, biksu dan lain lain. Disaat masyarakat yang mengalami trauma goncangan jiwa akibat bencana alam, maka disinilah perlu adanya penyiraman rohani demi menstabilisasikan para korban. Sehingga ketika mereka telah mendapat pencerahan rohani, maka lembaga ini dirasa efektif dalam hal membangun psikis dan keyakinan para korban.
4.4.3.   Lembaga pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai sosial elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Ketika terjadi bencana alam, maka lembaga ini secara langsung mengalami hambatan, karena saran dan prasarana yang ada menjadi tidak efektif dan layak digunakan, sehingga langkah yang bisaa dilakukan sekarang ini adalah membangun sekolah-sekolah di tempat pengungsian para korban dengan didatangkannya tenaga pengajar, sehingga diharapkan lembaga ini dapat terus berjalan, meski mengalami hambatan.
4.4.4.   Organisasi politik
Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status sosialnya meningkat. Dalam hal organisasi politikpun, bencana alam akan dijadikan ajang untuk menguji loyalty para politikus terhadap para korban yang menjadi sasaran atau target dalam mencapai tujuan politik, tapi mendapat respon positif secara tidak langsung yaitu adanya bantuan berupa materil langsung, setidaknya ini dapat meringankan beban para korban.
4.4.5.   Organisasi ekonomi
Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan lain-lain) dapat meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya, maka semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya bertambah. Dan karena kekayaannya bertambah akibatnya status sosialnya di masyarakat meningkat.
4.4.6.   Organisasi keahlian
Organisasi yang tepat dan bisaanya efektif ketika terjadinya bencana alam yaitu dalam bidang kesehatan dan pembangunan rumah-rumah dan sarana umum. Seseorang yang memiliki keahlian membangun rumah lebih berguna ketika bencana dibandingkan seseorang dalam bidang sastra atau bidang lain yang memiliki korelasi disaat yang tepat.ormati karena pengaruh pasangannya.

4.5.        Dampak mobilitas sosial

Gejala naik turunnya status sosial tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap struktur sosial masyarakat. Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi ini dapat berbentuk konflik. Ada berbagai macam konflik yang bisa muncul dalam masyarakat sebagai akibat terjadinya mobilitas.

4.5.1.   Dampak negatif

a.    Konflik antarkelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas. Santunan atas kerugian yang diderita oleh korban bencana di Wasiorpun dapat menjadi pemicu konflik.
b.    Konflik antarkelompok sosial
Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik.
c.    Konflik antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan.
d.    Penyesuaian kembali
Setiap konflik pada dasarnya ingin menguasai atau mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila menyadari bahwa konflik itu lebih banyak merugikan kelompoknya, maka akan timbul penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa saling menghargai. Penyesuaian semacam ini disebut Akomodasi.

4.5.2.   Dampak positif

  • Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
  • Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Dengan dilakukannya relokasi, maka diharapkan dapat terjadi perubahan yang lebih baik dalam bentuk kebijakan-kebijakan dari pemerintah maupun dari mentalitas para korban itu sendiri.
Oleh karena adanya perubahan yang variatif, maka seseorang yang terkena musibah bencana alam dapat juga mengalami efek positif, meskipun secara umum akan berdampak negative yaitu kerugian. Dampak positif, contohnya adalah terjadinya perubahan status sosial bagi para tuna wisma atau mungkin orang-orang yang awalnya hidup di bawah garis kemmiskinan, ketika terjadi bencana besar-besaran dan selamat atau mengalami luka, maka secara financial santunan yang didapat dari pihak pemerintah akan sedikit membantunya untuk memiliki sesuatu yang mungkin awalnya tidak dimilikinya, misalnya, awalnya seorang tuna wisma tersebut belum memiliki sepatu atau sandal dan pakaian yang bagus, maka santunan yang datang dari pemerintah berupa sandang dan pangan seadanya akan didapat dengan mudah. Begitu pula sebaliknya.
Dalam waktu beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami beberapa bencana alam yang menimbulkan kerugian baik secara materil maupun moril. Kehilangan harta benda dan bahkan keluarga merupakan ujian berat. Hal ini sangant mempengaruhi berbagai aspek kehidupan terutama dalam hal ekonomi dan sosial suatu masyarakat.














BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Dari paparan di atas penulis dapat menarik kesimpulan di antaranya yaitu:
1.    Bahwa ekonomi merupakan manajemen atau aturan rumah tangga, maksudnya adalah mengenai usaha manusia atau badan hukum dalam mengatur dan memenuhi kebutuhannya baik barang dan jasa.
2.    Sosial dapat diartikan atau didentikkan sebagai masyarakat atau kumpulan manusia yang memiliki tujuan, pola hidup dan cita-cita yang relative sama.
3.    Bencana merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang berdampak kerugian dan kerusakan bagi manusia dan lingkungannya.
4.    Dilihat dari penyebabnya, bencana dapat dibagi 2 (dua) yaitu secara alamiah yaitu yang disebabkan oleh kerusakan alam itu sendiri (kehendak dari Tuhan Yang Maha Esa) dan secara buatan yaitu yang disebabkan karena adanya human error atau kesalahan manusia.
5.    Bencana di Wasior, berdampak sistemik dari segi ekonomi meliputi motif, tindakan, prinsip,dan tujuan ekonomi.
6.    Dampak secara sosial pada bencana banjir bandang di Wasior meliputi pembahasan sistem sosial.
7.    Kerugian yang ditimbulkan dari bencana banjir bandang di Wasior salah satunya yaitu terhambatnya kegiatan ekonomi.

B.   Kritik dan Saran
1.    Perlu diadakannya atau dibentuk sebuah aturan dan hukum yang lebih tegas mengenai pemberian ijin Hak Penguasaan Hutan ( HPH ).
2.    Perlu dibentuknnya badan pengawas independen dalam menerapkan hukum dan perundang-undangan yang mengatur tentang lingkungan hidup dan Illegal Logging.
3.    Sebaiknya disediakan tenaga ahli dan dana yang cukup di tiap daerah untuk kemungkinan bencana, sehingga tidak terlalu bertumpu pada dana pemerintah. Jadi proses penanganan pertama pada bencana dapat ditindaklanjuti sedini mungkin.
4.    Pembangunan jalan dan akses menuju pelosok pemukiman yang berpotensi bencana khususnya banjir segera direalisasikan demi kelancaran bantuan yang datang dari pusat atau pemerintah.
5.    Dibentuknya undana-undang baru mengenai kelayakan huni ditempat-tempat yang berpotensi bencana, dalam hal ini banjir atau longsor sehingga adanya ketentuan tentang larangan pemukiman di daerah tersebut.
6.    Adanya badan yang mengawasi pemberian ijin HPH, agar tidak ada tumpang tindih dan penyalahgunaan HPH.
7.    Proses pemberian HPH agar tepat guna dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.
8.    Pihak swasta yang bertanggung jawab segera diproses secara hukum yang berlaku, karena kejadian tersebut telah memakan korban jiwa dan kerugian yang cukup besar dan kompleks.


DAFTAR PUSTAKA

Rudito, Bambang dan Adi Prasetijo, Kusairi (Ed) (2003) Akses Peran Serta Masyarkat, Jakarta: Sinar Harapan dan ICSD.
Rudito, Bambang dan Adi Prasetijo, Arif Budimanta (2004) Corporate Social Responsibility, Jakarta: ICSD.
Schaefer, Richard T (2006) Sociology: A Brief Introduction, McGraw-Hill.
Spradley, James. P (ed) (1972) Culture and Cognition: Rules, Maps, and Plans,Chandler Publishing Company.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar